Ya Allah jadikanlah kami hamba yang pemaaf







Selamat Idul Fitri 1441 Hijriyah
Mohon maaf lahir dan batin


    Sudah menjadi tabi'at manusia tatkala dia disakiti, dkhianati, atau dizolimi, timbul keinginan kuat dalam hatinya untuk bisa membalas orang yang pernah menyakitinya, dari sini timbulah rasa jengkel, amarah, bahkan dendam kesumat yang dapat mengotori hati, dan merupakan penyebab cikal bakal timbulnya permusuhan dan pertikaian yang tiada habisnya. Memang dibenarkan dalam Islam bagi seorang yang merasa dirinya didzolimi untuk membalas keburukanya dengan setimpal tidak lebih dari itu, tetapi Allah juga  berfirman : " ..barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya disisi Allah..", lalu apakah pernah kita renungkan mengapa "memaafkan" itu lebih baik sehingga Allah menjanjikan pahala yang mana kadarnya hanya Dia yang tahu yang menunjukkan begitu besar pahala memaafkan, lantas apa yang menjadikan memaafkan begitu istimewa?


   Al-'Alim Al-Faqih Sayidi Ahmad bin Idris dalam kitabnya Kimia al-yaqin mengatakan,
Allah SWT dalam firman-Nya :


 "وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ.."


"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal.."
-Surat Asy-Syura, Ayat 40-


     Dia menjadikan pembalasan dari suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, perlu diketahui membalas keburukan dengan yang setimpal itu merupakan perkara yang sulit bahkan mungkin mustahil, bayangkan saja bagaimana bisa seseorang yang diliputi amarah tatkala dia didzolimi bisa mengukur apakah dia bisa membalas keburukan setimpal dengan apa yang ia sama percis rasakan dari rasa sakit dan kepedihan yang diderita.


  Tatkala kita mengetahui pembalasan setimpal itu sulit untuk ditegakkan, lantas mengapa Allah mensyaratkan pembalasan keburukan harus setimpal, maka disini Allah ingin mengisyaratkan hendaknya kita mengutamakan "memaafkan daripada membalas keburukan dengan keburukan"

Seakan Allah mengatakan,


"Apabila kau tidak mampu mengambil hakmu dengan membalas keburukan yang setimpal (tidak lebih dari itu) maka tidak halal bagimu membalasnya, sungguh lebih baik bagimu bertemu dengan Allah (di hari pembalasan nanti) dalam keadaan terdzolimi daripada dalam keadaan kau berbuat dzolim (karena membalas keburukan orang yang mendzolimi mu secara berlebihan)",


 Maka hukum membalas keburukan ini menjadi sesuatu yang wajib ditinggalkan, karena tidak terpenuhi nya suatu syarat (pembalasan setimpal) mewajibkan untuk meninggalkan hal yang disyaratkan
(membalas keburukan).


      Memaafkan merupakan sikap yang berat maka tak ayal Allah menyiapkan pahala besar bagi yang mampu melakukannya, kebanyakan orang biasanya hanya mampu memaafkan di dunia saja dengan tidak membalas keburukan itu dengan keburukan serupa, tapi dalam hatinya masih ada harapan semoga Allah membalas keburukan si pendzolim. Lain halnya dengan keluhuran akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, yang Allah bersihkan hatinya dari kotoran-kotoran amarah kebencian dan dendam, yang mampu memaafkan di dunia bahkan malah mendoakan si pendzolim dengan limpahan kebaikan dan itu merupakan derajat tertinggi dari para Rasul.


     Maka dapat disimpulkan, seseorang hanya memiliki 2 pilihan ketika disakiti : meninggalkan pembalasan keburukan dengan keburukan di dunia, tetapi masih meminta haknya di akhirat nanti, yang kedua memaafkan secara penuh sehingga mendapatkan ganjaran pahala disisi Allah dan menjadi pewaris akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan perlu dipahami tanpa diminta pun Allah pasti akan memperlakukan seorang hamba sebagaimana hamba itu memperlakukan sesamanya didunia selaras dengan firman-Nya:
 
 "..سَيَجۡزِيهِمۡ وَصۡفَهُمۡۚ .."


"...Kelak Allah akan membalas atas ketetapan mereka..."
-Surat Al-An'am, Ayat 139-


      Manusia biasa takan pernah luput dari salah, sehingga tanpa dia rasa sudah berapa hati yang tersayat oleh ucapannya, berapa air mata yang keluar dikarenakan perilakunya, berapa luka yang telah ia berikan pada saudaranya, tanpa disadari atau tidak dia berada pada posisi pendzolim, tapi tatkala dirinya didzolimi dengan luapan hawa nafsu ia berharap si pendzolim disiksa dengan seberat-beratnya, padahal disisi lain orang yang pernah ia dzolimi mungkin tak jauh beda mengharapkan hal serupa padanya.


     Dalam hadits qudsi Allah berfirman : " wahai hamba-Ku kau berdoa agar Aku membalas orang yang mendzolimi mu, sedangkan disisi lain orang yang pernah kau dzolimi juga berdoa agar Aku membalas (keburukan)mu, maka kalau kau mau Aku kabulkan doamu dan Ku kabulkan doa yang kau dzolimi untuk membalasmu (seketika itu) dan kalau kau mau (memaafkan) Aku tangguhkan kalian berdua sehingga mendapa rahmat-Ku." Maka orang yang memaafkan akan dimaafkan, dan orang yang mengampuni maka akan diampuni.


  Disebut juga mengapa pembalasan suatu kejahatan adalah kejahatan, karena kejahatan itu akan berbalik pada pelakunya. Di hari kiamat nanti Malaikat menyeru,


"Hendaknya menghadap orang yang memiliki ganjaran pahala disisi Allah dan masuklah ke dalam surga tanpa hisab",  maka seketika orang-orang bertanya :


"Siapakah orang yang memiliki ganjaran pahala disisi Allah itu ?", lalu dikatakan pada mereka,


 "Yaitu orang-orang yang memaafkan sesamanya, maka dengan begitu berdirilah tujuh puluh ribu orang memasuki surga tanpa hisab, tidak ditegakkan bagi mereka timbangan amal dan tidak disebarkan pada mereka catatan amal, dikarena Allah telah mengampuni kesalahan mereka, maka orang yang tidak bisa memanfaatkan sesamanya ketika melihat hal ini menyesal dan hanya bisa menggigit jari tangannya, tapi sayang penyesalan saat itu sudah tiada guna.


     Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang pemaaf, sehingga Allah berkenan untuk mengampuni semua kesalahan kita. Aamiin!

✒️ Mushollih Abdul Ghoffar

Komentar

Postingan Populer